Rabu, 14 Desember 2016

EPISTEMOLOGI BAYANI, BURHANI, DAN IRFANI

PINTU V
EPISTEMOLOGI BAYANI, BURHANI, DAN IRFANI

            Epistemologi berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua kata yakni episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan sedangkan logos bermakna pengetahuan, Oleh karena itu epistemology itu disebut teori pengetahuan (Theory of knowledge), dimana dalam bahasa Arab disebut Nazhriyah al’Ma’rifah.
            Epistemologi membahas tentang hakikat pengetahuan dan dalam hal ini terbagi kepada dua aliran yakni, realisme dan idealisme. Namun ada beberapa penjelasan tentang hakikat pengetahuan ini sendiri. Realisme menyatakan hakikat pengetahuan adalahapa yang ada dalam gambar atau copy yang sebenernya dari alam nyata. Gambaran atau pengetahuan yang ada dalam akal adalah copy asli yang terdapat diluar akal. Pengetahuan menurut teori ini sesuai dengan kenyataan. Sedangkan idealisme menganggap pengetahuan itu adalah gambar menurut pendapat atau penglihatan. Pengetahuan tidak mengambarkan yang sebenarnya karena pengetahuan yang sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.


A.     EPISTEMOLOGI BAYANI
Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang didasarkan atas otoritas teks (nash), secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung artinya memahami teks sebagai pengetahuan jadi, dan langsung mengaplikasikan tanpa perlu pemikiran. Secara tidak langsung berarti memahami teks sebagai pengetahuan mentah sehingga perlu tafsir dan penalaran. Meski demikian, hal ini bukan berarti akal atau rasio bisa bebas menentukan makna dan maksudnya, tetapi tetap harus bersandar pada teks.
1.                  Sumber Pengetahuan Bayani
Meski menggunakan metode rasional, filsafat seperti digagas syahtibi, epistemology bayani tetap berpijak pada teks (nash). Dalam ushul al-fiqh, yang dimaksud nash sebagai sumber pengetahuan bayani adalah al-qur’an dan as-sunnah.
2. Metode dan Pendekatan yang Digunakan dalam Bayani
-          Metode Qiyas
-          Metode Istibath/Istidlal
3.      Pendukung dan Validitas Keilmuan Bayani
-          Pendukung Keilmuwan Bayani : Corak epistemology bayani didukung oleh pola piker kaum teolog/ahli kalam, ahli fiqh dan ahli bahasa. Pola piker tekstual bayani lebih dominan secara politis dann membentuk corak pemikiran keislaman yang hegemonik.
-          Validitas Keilmuan Bayani          : Validitas keilmuan bayani tergantung pada pendekatan dan keserupaan teks atau nash dan realitas. Otoritas teks dan otoritas salaf yang dibakukan dalam kaidah-kaidah metodologi ushul fiqh klasik lebih diunggulkan daripada sumber otoritas keilmuan yang lain seperti ilmu-ilmu kealaman (kauniyah), akal (aqliyah), dan intuisi (wijdaniyah).


B.     EPISTEMOLOGI BURHANI

Al-Burhani (demostrative), secara sederhana, bisa diartikan sebagai suatu aktivitas berpikir untuk menetapkan kebenaran proposisi (qadliyah) melalui pendekatan deduktif (al-istintaj) dengan mengaitkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain yang telah terbukti kebenarannya secara aksiomatik (badhihi).
1.                  Pengertian Burhani
Secara Umum  : Aktifitas nalar yang merupakan kebenaran dari suatu premis. Dalam perspektif logika (al-mantiq) : Aktifitas berpikir untuk menetapkan kebenaran suatu premis melalui metode penyimpulan (al-istintaj).
2.                  Karakteristik Epistemologi Burhani
Setiap ilmu burhani berpola dari nalar burhani dan nalar burhani bermula dari proses abstraksi yang bersifat akali terhadap realitas sehingga munculnya makna, sedang makna sendiri butuh aktualisasi sebagai upaya untuk bisa dipahami dan dimengerti, sehingga disinilah ditempatkan kata-kata. Untuk mendapatkan sebuahn pengetahuan, burhani menggunakan aturan silogisme yang merupakan salah satu ajaran penting dalam logika Aristoteles. Secara istilah silogisme adalah suatu bentuk argument dimana dua proposisi yang disebut premis dirujukan bersama dengan sedemikian rupa sehingga sebuah keputusan (konklusi) pasti menyertai.
Aplikasi dari bentukan silogisme ini haruslah melewati 3 tahapan yaitu tahap pengertian (ma’qulat), tahap pernyataan (ibarat) dan tahap penalaran (tahlilat).
3.                  Logika dalam Epistemologi Burhani
-Semua makhluk hidup akan mati. (Premis mayor)
-Andi adalah makhluk hidup. (Premis minor)
-Oleh karena itu Andi juga akan mati (Kesimpulan)



C.     EPISTEMOLOGI IRFANI

1.                  Pengertian Epistemologi Irfani
Irfan dari kata dasar bahasa Arab semakna dengan makrifat, berarti pengetahuan. Tetapi ia berbeda dengan ilmu (‘ilm). Irfan atau makrifat berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh secara langsung lewat pengalaman (experience), sedang ilmu menunjuk pada pengetahuan yang diperoleh lewat transformasi (naql) atau rasionalitas (aql).

2.                  Sumber Asal Irfani
Pertama, kelompok yang menggap bahwa irfan islam berasal dari sumber Persia dan majusi. Kedua, kelompok yang beranggapan bahwa irfan berasal dari sumber-sumber Kristen. Ketiga, kelompok beranggapan bahwa irfan ditimba dari india. Keempat, kelompok yang menggap irfan berasal dari sumber-sumber Yunani, khususnya Neo-Platonisme dan Hermes.
3.                  Konsep Epistemologi Irfani
Pengetahuan irfani tidak diperoleh berdasarka analisa teks tetapi dengan olah ruhanil dimana dengan kesucian hati, diharapkan Tuhan akan melimpahkan pengetahuan langsung kepadanya. Dengan demikian pengetahuan irfani setidaknya diperoleh melalui tiga tahapan:
a.       Persiapan
b.      Penerimaan
c.       Pengungkapan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar