PINTU V
EPISTEMOLOGI
BAYANI, BURHANI, DAN IRFANI
Epistemologi
berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua kata yakni episteme dan logos.
Episteme berarti pengetahuan sedangkan logos bermakna pengetahuan, Oleh karena
itu epistemology itu disebut teori pengetahuan (Theory of knowledge), dimana
dalam bahasa Arab disebut Nazhriyah al’Ma’rifah.
Epistemologi membahas tentang
hakikat pengetahuan dan dalam hal ini terbagi kepada dua aliran yakni, realisme
dan idealisme. Namun ada beberapa penjelasan tentang hakikat pengetahuan ini
sendiri. Realisme menyatakan hakikat pengetahuan adalahapa yang ada dalam
gambar atau copy yang sebenernya dari alam nyata. Gambaran atau pengetahuan
yang ada dalam akal adalah copy asli yang terdapat diluar akal. Pengetahuan
menurut teori ini sesuai dengan kenyataan. Sedangkan idealisme menganggap
pengetahuan itu adalah gambar menurut pendapat atau penglihatan. Pengetahuan
tidak mengambarkan yang sebenarnya karena pengetahuan yang sesuai dengan
kenyataan adalah mustahil.
A.
EPISTEMOLOGI
BAYANI
Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang didasarkan atas
otoritas teks (nash), secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung
artinya memahami teks sebagai pengetahuan jadi, dan langsung mengaplikasikan
tanpa perlu pemikiran. Secara tidak langsung berarti memahami teks sebagai
pengetahuan mentah sehingga perlu tafsir dan penalaran. Meski demikian, hal ini
bukan berarti akal atau rasio bisa bebas menentukan makna dan maksudnya, tetapi
tetap harus bersandar pada teks.
1.
Sumber
Pengetahuan Bayani
Meski
menggunakan metode rasional, filsafat seperti digagas syahtibi, epistemology
bayani tetap berpijak pada teks (nash). Dalam ushul al-fiqh, yang dimaksud nash
sebagai sumber pengetahuan bayani adalah al-qur’an dan as-sunnah.
2. Metode dan
Pendekatan yang Digunakan dalam Bayani
-
Metode Qiyas
-
Metode
Istibath/Istidlal
3.
Pendukung dan
Validitas Keilmuan Bayani
-
Pendukung
Keilmuwan Bayani : Corak epistemology bayani
didukung oleh pola piker kaum teolog/ahli kalam, ahli fiqh dan ahli bahasa.
Pola piker tekstual bayani lebih dominan secara politis dann membentuk corak
pemikiran keislaman yang hegemonik.
-
Validitas
Keilmuan Bayani : Validitas keilmuan bayani tergantung pada pendekatan dan
keserupaan teks atau nash dan realitas. Otoritas teks dan otoritas salaf yang
dibakukan dalam kaidah-kaidah metodologi ushul fiqh klasik lebih diunggulkan
daripada sumber otoritas keilmuan yang lain seperti ilmu-ilmu kealaman
(kauniyah), akal (aqliyah), dan intuisi (wijdaniyah).
B. EPISTEMOLOGI BURHANI
Al-Burhani (demostrative), secara sederhana,
bisa diartikan sebagai suatu aktivitas berpikir untuk menetapkan kebenaran
proposisi (qadliyah) melalui pendekatan deduktif (al-istintaj) dengan
mengaitkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain yang telah terbukti
kebenarannya secara aksiomatik (badhihi).
1.
Pengertian Burhani
Secara Umum :
Aktifitas nalar yang merupakan kebenaran dari suatu premis. Dalam perspektif
logika (al-mantiq) : Aktifitas berpikir untuk menetapkan kebenaran suatu premis
melalui metode penyimpulan (al-istintaj).
2.
Karakteristik Epistemologi Burhani
Setiap ilmu burhani berpola dari nalar burhani
dan nalar burhani bermula dari proses abstraksi yang bersifat akali terhadap
realitas sehingga munculnya makna, sedang makna sendiri butuh aktualisasi
sebagai upaya untuk bisa dipahami dan dimengerti, sehingga disinilah
ditempatkan kata-kata. Untuk mendapatkan sebuahn pengetahuan, burhani
menggunakan aturan silogisme yang merupakan salah satu ajaran penting dalam
logika Aristoteles. Secara istilah silogisme adalah suatu bentuk argument
dimana dua proposisi yang disebut premis dirujukan bersama dengan sedemikian
rupa sehingga sebuah keputusan (konklusi) pasti menyertai.
Aplikasi dari bentukan silogisme ini haruslah
melewati 3 tahapan yaitu tahap pengertian (ma’qulat), tahap pernyataan (ibarat)
dan tahap penalaran (tahlilat).
3.
Logika dalam Epistemologi Burhani
-Semua makhluk hidup akan mati. (Premis mayor)
-Andi adalah makhluk hidup. (Premis minor)
-Oleh karena itu Andi juga akan mati (Kesimpulan)
C. EPISTEMOLOGI IRFANI
1.
Pengertian Epistemologi Irfani
Irfan dari kata dasar bahasa Arab semakna dengan makrifat, berarti
pengetahuan. Tetapi ia berbeda dengan ilmu (‘ilm). Irfan atau makrifat
berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh secara langsung lewat pengalaman
(experience), sedang ilmu menunjuk pada pengetahuan yang diperoleh lewat
transformasi (naql) atau rasionalitas (aql).
2.
Sumber Asal Irfani
Pertama, kelompok yang menggap bahwa irfan islam berasal dari
sumber Persia dan majusi. Kedua, kelompok yang beranggapan bahwa irfan berasal
dari sumber-sumber Kristen. Ketiga, kelompok beranggapan bahwa irfan ditimba
dari india. Keempat, kelompok yang menggap irfan berasal dari sumber-sumber
Yunani, khususnya Neo-Platonisme dan Hermes.
3.
Konsep Epistemologi Irfani
Pengetahuan irfani tidak diperoleh berdasarka analisa teks tetapi
dengan olah ruhanil dimana dengan kesucian hati, diharapkan Tuhan akan
melimpahkan pengetahuan langsung kepadanya. Dengan demikian pengetahuan irfani
setidaknya diperoleh melalui tiga tahapan:
a.
Persiapan
b.
Penerimaan
c.
Pengungkapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar