Rabu, 14 Desember 2016

Rasionalisme, Empirisme dan Kritisisme

PINTU III
Rasionalisme, Empirisme dan Kritisisme
A.     Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. Bagi aliran ini, kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan. Pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja, tetapi sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata akal.
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak dalam ide dan bukannya didalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang menunjuk kepada kenyataan, kebenaran hanya ada dalam pikiran kita dan hanya diperoleh dengan akal budi saja. Akal, selain bekerja karena ada bahan dari indera, juga akal dapat menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali, jadi akal dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul-betul abstraks.
Dari penjabaran diatas, yaitu aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal). Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal lah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh sifat umum dan yang perlu mutlak. Teladan yang dikemukakan adalah ilmu pasti. Tokoh-tokoh filsafat rasionalisme diantaranya:
1.      Rene Descartes (1596-1650)
Arti Descrates terletak disini, bahwa ia telah memberi suatu arah yang pasti kepada pemikiran modern, yang menjadikan orang dapat mengerti aliran-aliran filsafat yang timbul kemudian daripada dia, yaitu idealisme dan positivisme.
2.      Gootfried Eihelm Von Leibniz
Metafisikannya adalah idea tentang substansi yang dikembangkan dalam konsep monad. Substabsi pada Leibniz ialah prinsip akal yang mencukupi, yang sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”.
3.      Blaise Pascal
Filsafat Pascal mewujudkan suatu dialog diantara manusia yang konkrit dengan Allah. Di dalam realitas hidup manusia terdapat tiga macam tertib, yaitu: tertib bendawi, tertib rohani, dan tertib kasih.
4.      Spinoza
Ajaran Spinoza di bidang metafisika menunjukkan kepada suatu ajaran monistis yang logis, yang mengajarkan bahwa dunia sebagai keseluruhan, mewujudkan suatu substansi tunggal.

B.     Empirisme
kata ini berasal dari kata Yunani empeirisko artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi. Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan antara indera yang satu dengan yang lainnya, berhubungan dengan sifat khas fisiologis indera dan dengan objek yang ditangkap sesuai dengannya. Masing-masing indera menangkap aspek yang berbeda mengenai barang atau makhluk yang menjadi objeknya. Jadi pengetahuan inderawi berada menurut perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas organ-organ tertentu.
John Locke, bapak empiris Britania mengemukakan teori tabula rasa (sejenis buku catatan kosong). Maksudnya ialah bahwa manusia pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-lama menjadi kompleks, lalu tersusunlah pengetahuan berarti. Jadi pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar.
David Hume, salah satu tokoh empirisme mengatakan bahwa manusia tidak membawa pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yaitu:
1.      Kesan-kesan (impression)
2.      Ide-ide (ideas)
Diantara tokoh dan pengikut aliran empirisme adalah:
1.      Francis Bacon (1210-1292 M)
2.      Thomas Hobbes (1588-1679 M)
3.      John Locke (1632-1704 M)
4.      David Hume (1711-1776 M)
5.      Herbert Spencer (1820-1903 M)
Jadi, dalam empirisme sumber utama untuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari panca indera. Akal tidak berfungsi banyak, kalaupun ada, itu sebatas ide yang kabur. Namun aliran ini mempunyai banyak kelemahan, antara lain:
1.      Indera terbatas
2.      Indera menipu
3.      Objek yang menipu
4.      Berasal dari indera dan objek sekaligus.


C.     Kritisisme
Aliran ini dimulai di inggris, kemudian prancis dan selanjutnya menyebar keseluruh eropa, terutama di Jerman. Dijerman pertentangan antara aliran rasionalisme dan empirisme terus berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Aliran filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang di introdusir oleh Immanuel Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
            Pertentangan antara rasionalisme dan empirisme dicoba untuk diselesaikan oleh Kant dengan kritisismenya. Adapun ciri-ciri kritisisme diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat pada subjek bukan pada objek.
b.      Menegaskan keterbatasn kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikiat sesuatu.
Pendirian aliran rasionalisme dan empirisme dangat bertolak belakang. Immanuel Kant mengadakan penyelesaian atas pertikaian itu dengan filsafatnya yang dinamakan kritisisme. Untuk itulah ia menulis 3 buku yang berjudul:
1.      Kritik der Rainen Vernuft (kritik atas rasio murni)
2.      Kritik der Urteilskraft (kritik atas dasar pertimbangan)
3.      Kritik rasio praktis
Menurut Kant, dalam pengenalan inderawi selalu sudah ada 2 bentuk apriori, yaitu ruang dan waktu. Kedua-duanya berakar dalam struktur subyek sendiri. Memang ada suatu realitas terlepas dari subyek yang mengindera, tetapi realitas tidak pernah dikenalinya. Kita hanya mengenali gejala-gejala yang merupakan sintesa antara hal-hal yang datang dari luas dengan bentuk ruang dan waktu. Melalui filsafatnya, Kant bermaksud memugar sifat objektivitas dunia ilmu pengetahuan.
Agar maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan sifat sepihak empirisme. Rasionalisme mengira telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas dari pengalaman. Dan berikut kami paparkan kritik terhadap rasionalisme, empirisme dan kombinasi antara keduanya:
1.      Kritik Terhadap Rasionalisme
dalam hal ini ada tiga macam kritik yang dilontarkan Kant yaitu:
a.      Critique of Pure Reason (kritik atas rasio murni)
Menurut Kant, baik rasionalisme maupun empirisme kedua-duanya berat sebelah. Ia berusaha menjelaskan bahwa pengalaman manusia merupakan perpaduan antara sintesa unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori.
b.      Critique of Practical Reason (kritik atas rasio praktis)
Disamping rasio murni terdapat apa yang disebut rasio praktis, yaitu rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan, atau dengan kata lain, rasio yang memberi perintah kepada kehendak kita.
c.       Critique of judgment atau kritik atas daya pertimbangan
Sebagai konsekuensi dari “kritik atas rasio murni dan” kritik atas rasio praktis adalah munculnya dua lapangan tersendiri yaitu lapangan keperluan mutlak dibidang alam dan lapangan kebebasan dibidang tingkah laku manusia. Maksud dari kritik of judgement ialah mengerti ke dua persesuaian ke dua lapangan ini.

Bentuk lain dari dari kritik terhadap rasionalisme adalah sebagai berikut:
1.      Pengetahuan rasional dibentuk oleh idea yang tidak dapat dilihat maupun diraba.
2.      Banyak diantara manusia yang berpikiran jauh, merasa bahwa mereka menemukan kesukaran yang besar dalam menerapkan konsep rasional kepada masalah kehidupan yang praktis.
3.      Teori rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia selama ini.

2.      Kritik terhadap Empirisme
Empirisme didasarkan pada pengalaman. Tetapi apakah yang disebut pengalaman?
a.       Sekali waktu dia hanya berarti rangsangan panca indera.
b.      Sebuah teori yang sangat menitikberatkan pada persepsi panca indera kiranya melupakan kenyataan bahwa panca indera manusia adalah terbatas dan tidak sempurna.
c.       Empirisme tidak memberikan kita kepastian.

3.      Kombinasi antara Rasionalisme dan Empirisme
Terdapat suatu anggapan yang luas bahwa ilmu pada dasarnya adalah metode induktif-empiris dalam memperoleh pengetahuan. Memang terdapat beberapa alasan untuk mendukung penilaian ini, karena ilmuwan mengumpulkan fakta-fakta yang tertentu, melakukan pengamatan dan mempergunakan data inderawi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar