Rabu, 14 Desember 2016

SISTEMATIKA FILSAFAT

PINTU II
SISTEMATIKA FILSAFAT

A.     EPISTEMOLOGI
-          Epistemologi berasal dari bahaya Yunani yaitu episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti perkataan, pikiran, ilmu. Kata episteme berawal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan meletakkan, menempatkan. Maka, secara harfiah, episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya
-          Epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus hendak memperolah pengetahuan tentang hakikat pengetahuan.
-          Epistemologi juga disebut dengan logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Logika dibedaakan menjadi 2, yaitu
a.       Logika minor, mempelajari strukturberfikir da dalil-dalilnya, seperti silogisme.
b.      Logikamayor, mempelajari hal pengetahuan, kebenaran,dan kepastian yang sama ruanglingkupnya seperti epistemologi.
-          Epistemologi  juga disebut dengan teori pengetahuan ( theory of knowledge), dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula sumber, struktur,  metode dah validitasnya pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan;
1.      Apakah sumber-sumber pengetahuan?
2.      Apa hakikat,jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan?
3.      Sampai tahap mana pengetahuan memungkinkan untuk ditangkap manusia?

Epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan kebenaran pengetahuan. Jadi objek material dari epistemologi adalah pengetahuan dan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu.
Cara Kerja Epistemologi
Harold Titus menjelaskan 3 persoalan dalam bidang epistemologi
1.      Apakah sumber   pengetahuan itu, dan darimanakah datangnya pengetahuan yang benar, serta bagaimana mengetahuinya?
2.      Apakah sifat dasarnya, adakah dunia yang benar-benaer dipikiran kita, serta kalau ada, apakah kita dapat mengetahuinya?
3.      Apakah pengetahuan itu valid, dan bagaimana membedakan benar atau salah?
Kattsof menyatakan bahwa pertanyaan epistemologi ada 2 macam, yakni
a.       Epistemologi itu kefilsafatan yang berhubungan dengan psikologi,dan pertanyaannya yang menyayangkan hubungan antara pengetahuan dan objeknya.
b.      Epistemologi adalah sumber, sarana, dan tata cara, menggunakan itu untuk mencapai pengetahuan.

Metode Pendekatan
Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera dan lain lain mempunyai metode tersendiri dalamteori pengetahuan.
1.      Metode Induktif, keterbatasan indera dan akal manusia sehinggapengetahuan suatu objek juga akan berbeda-beda. Metode yang menyimpulkan pertanyaan-pertanyaan hasil observasi dan disimpulkan menjadi satu pertanyaan yang umum.
2.      Deduktif, data-data empiris diolah lebih lanjut dalam pertanyaan yang runtut. Metode yang adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.
3.      Positivisme, metode yang berawal dari apa yang diketahui, yang faktual, yang positif. Metode yang dibatasi pada bidang gejala-gejala saja.
4.      Kontemplatif, adanya keterbatasan antara akal dan indera manusia dalam memproses pengetahuan sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda beda dan harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut intuisi.
5.      Dialektis, metode berdebat, wawancara untuk mencari kebenaran


Macam-macam epistemologi
Menurut gejala pengetahuan;
1.      Epistemologi Metafisis, epistemologiyang mendekati gejala pengetahuan dengan berpusat dari pengandaian metafisika tertentumacam ini berawal dari suatu paham tentang kenyataan, lalu membahas tentang bagaimana manusia mengetahui kenyataan tersebut.
2.      Epistemologi skeptis, dalam macam ini kita perlu membuktikan dulu apa yang dapat kita ketahui sebagai suatu kebenaran dan tidak perlu diragukan lagi, dengan menganggap kebenaran itu sebagai tidak nyata, keliru dan masih dapat diragukan. Kesulitan metode ini ialah bagi orang-orang yang ketika sudah masuk kedalam pola fikir skeptis dan konsisten dengan sikapnya, tidak mudah menemukan jalan keluar.
3.      Epistemologi kritis, berawal dari asumsi, prosedur, dan kesimpulan pemikiran akal sehat  ataupun ilmiah sebagaimana kita temukan dalam kehidupan, lalu kita tanggapi.
            Berdasarkan titik tolak pendekatannya ;
1.      Epistemologi individual, bagaimana struktur pemikiran manusia sebagai individu berkerja dalam proses mengetahui.
2.      Epistemologi sosial, hubungan sosial , keepentingan soaial, dan lembaga soaial dipandang sebagai faktor-faktor yang amat menentukan dalam proses, cara, maupun memperoleh pengetahuan.
B. ONTOLOGI

-          Menurut bahasa, Ontologi berasal dari bahasa Yunani “on/ontos= ada”, dan “Logos=ilmu”. Jadi ontologi adalah ilmu tentang yang ada.
Sedangkan menurut istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.
Dalam bahasa inggris ontology, berakar dari bahasa Yunani on berarti ada, dan ontos berarti keberadaan. Sedangkan logos yang berarti pemikiran. Jadi, ontologi adalah pemikiran mengenai sesuatu yang ada dan keberadaan.
-          Pengertian yang paling umum dari ontologi ialah merupakan bagian dari filsafat yang mencoba mencari hakikat dari sesuatu. Ontologi memberikan penjelasan secara eksplisit dari konsep  terhadap representasi pengetahuan pada sebuah knowledge base (pengetahuan dasar). Dengan demikian ontologi juga merupakan sebuah teori tentang suatu makna dari suatu objek, property dari suatu obyek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu pengetahuan. Dan intinya, ontologi merupakan studi tentang sesuatu yang ada.

-          Bagus memberikan karakteristik terhadap ontologi sebagai berikut:
1.      Ontologi adalah studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuk yang paling abstrak.
2.      Ontologi adalah cabnag filsafat ilmu yang mempelajari tata dan struktur dan realitas dalam arti seluas mungkin, dengan menggunakan kategori-kategori seperti: ada atau menjadi, aktualitas atau potensialitas, nyata atau kenampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan waktu, perubahan, dsb.
3.      Ontologi adalah cabang filsafat yang mencoba menuliskan hakikat terakhir yang ada, yaitu yang satu, yang absolute, bentuk abadi, sempurna, dan keberadaan segala sesuatu yang mutlak bergantung kepada-Nya.
4.      Cabang filsafat yang mempelajari tentang status realitas apakah nyata atau semu, apakah pikiran itu nyata, dan sebagainya.

-          Menurut SURIASUMATRI ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teory tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab banyak pertanyaan: apakah objek ilmu yang akan ditelaah, bagaimana wujud dan hakiki dari objek tersebut dan bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa, dan mengindra) yang membuahkan pengetahuan.
-          Menurut mereka, ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan (objek ontologis atau objek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakekat realita (metafisika) dari objek ontologi atau objek formal tersebut dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.

Aliran dalam Ontologi
-          Ontologi yang bersahaja, kebanyakan orang yang dapat menerima perbedaan antara barang yang dapat dilihat, diraba, yang tidak bersifat jasmaniah/ yang dipahamkan dengan “jiwa”.

-          Pendekatan kuantitatif akan mempertanyakan “apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?”, sedangkan pendekatan kualitatif akan menanyakan “di kesimpulannya, apakah yang merupakan kenyataan itu?”

-          Ontologi Monistik, monistik awalnya berpendapat kenyataan tunggal adanya dan segenap keanekaragaman, perbedaan serta perubahan bersifat semu belaka. Sedangkan paham monisme dewasa berpendapat justru perbedaanlah merupakan kategori dasar segenap kenyataan yang ada yang tidak dapat disangkal lagi kebenerannya. Dan beberapa orang ada yang berpendapat bahwa pada dasarnya segala sesuatau sama hakekatnya.

Cara menyelesaikan masalah
-          Naturalisme, yang pertama ialah sesuatau yang dianggap terdapat diluar ruang dan waktu tidak mungkin kenyataan. Kedua, apapun yang dianggap tidak mungkin untuk ditangani dengan menggunakan metode-metode yang digunakan sdalam ilmu-ilmu alam, tidak mungkin berupa kenyataan. Mendasarkan ajarannya kepada alam
-          Materialisme, cara ini merupakan usaha untuk melebihi pengertian “alam” dan mendasar pada substansi atau kenyataan yang terdalam dinamakan materi. Kaum materialime pada masalalu memandang alam semesta tersusun dari zat-zat renik yang terdalam tersebut memandang alam semesta dapat diterangkan dengan hukum-hukum dinamika.
-          Idealisme, cara yang berpendapat bahwa ada hal-hal yang tidak dapat hanya diterangkan berdasarkan pengertian alam dan lebih sekedar pengertian materi, tetapi ada hal seperti makna. Idealis ini memiliki  2 macam kaum, yakni spiritualis dan dualis. Para penganut kaum spiritualismee berpendirian bahwa segenap tatanan alam dapat dikembalikan kepada atau berasal dari sekumpulan roh yang beraneka ragam dan berbeda-beda derajatnya.
-          Dualisme, konsep filsafat yang menyatakan ada 2 substansi. Da;am pandangan tentang hubungan antara raga dan jiwa, dualisme meng-klaim bahwa fenomena mental adalah entitas non-fisik. Dimasa Aristoteles dan Plato, mereka berpendapat bahwa, “kecerdasan” seseorang  (bagian dari pikiran atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau di jelaskan dengan fisik. Sedangkan dimana Rene Dercastes, pikiran adalah substansi non-fisik. Dercastes merupakan orang yang pertama kali mengidentifikasikan dengan jelas pikiran dengan kesadaran dan membedakannya dengan otak, sebagai tempat kecerdasan.
-          Agnositisme, pandangan yang beranggapan bahwa suatu nilai kebenaran dari suatu klaim tertentu yang umumnya berkaitan dengan teologi, metafisika,  keberadaan Tuhan, dewa, dan lain-lainnya tidak dapat diketahui dengan akal pikiran manusia yang terbatas. Agnostik mengandung unsur skeptisisme. Agnositisme berasal dari perkataan Yunani “gnostein” (tahu) dan a (tidak). Arti harfiahnya seseorang yang tidak mengetahui. Agnositisme tidak sama dengan atheis.

C.     AKSIOLOGI
-          Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Menurut KBBI, aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation.
-          Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, dalam arti sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam arti luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran, kesucian.
-          Dari definisi diatas dapat dilihat permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika. Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan.
-          Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau unutk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu:
1.      Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
2.      Filsafat sebagai pandangan hidup.
3.      Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
-          Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai menjadi subjektif apabila subjek perperan dalam memberi penilaian.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar